Warga Dua RW Keluhkan Limbah Pabrik Tjampolay Kota Cirebon
CIREBON - Ratusan warga yang bermukim di dua RW di daerah Kelurahan Larangan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon mengeluhkan penangan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) pabrik Sirup Tjampolay yang dibuang sembarangan ke saluran air (drainase) di perumahan tersebut. Akibat limbah cair tersebut mengeluarkan bau tak sedap yang seringkali tercium di sekitar pemukiman warga setiap saat.
Bau yang menyengat itu, diduga telah berlangsung lama tercium di perumahan tersebut. Akibatnya, membuat tidak nyaman bagi masyarakat serkitar. Bau itu juga sering kali membuat rasa sesak bagi masyarakat sekitar pabrik.
Warga pun mengancam, bila hal ini tidak segera ditindak lanjuti oleh pemilik pabrik maupun pemerintah setempat, beberapa warga akan melakukan aksi demonstrasi menuntut pembenahan IPAL yang selama ini dibuang ke drainase di perumahan tersebut.
Ketua RT 01/RW 16 Kampung Jayamukti, Udi Suherman (56) mengaku kecewa terhadap pihak pabrik Sirup Tjampolay yang telah seenaknya membuang limbah cair ke drainase di pemukiman, yang berdampak timbulnya pencemaran lingkungan. Karena menimbulkan bau busuk yang menyengat yang sangat mengganggu pernafasan.
Diakuinya, keluhan warga sendiri telah terjadi lama dan sempat dilaporkan olehnya melalui beberapa pengurus RT kepada pemilik pabrik Tjampolay. Namun hingga kini tidak ada tanggapan yang berarti dan berakibat warga akan melakukan demo.
"Waktu itu, beberapa orang dari pihak pabrik telah datang untuk mengecek lokasi limbah, tapi mereka juga mengaku binggung menangani masalah yang telah bertahun-tahun tersebut," kata Udi, Selasa (8/7).
Diceritakan Udi, sebenarnya limbah Tjampolay sendiri tidak akan terasa, bila datangnya hujan. Hal ini dikarenakan, limbah yang berada di saluran warga tersebut akan hanyut seiring dengan derasnya air yang mengalir di saluran pembuangan warga.
"Tapi karena sekarang hujan jarang turun dan adanya perbaikan rel kereta makanya membuat aliran terhambat, sehingga limbah pun menumpuk dibeberapa selokan warga," jelas Udi.
Disinggung apa keinginan warga, Udi menyampaikan dalam rapat beberapa waktu lalu bersama beberapa pengurus RT di dua RW, beberapa warga sendiri hanya menginkan adanya perbaikan pengelolahan limbah, sehingga kedepannya tidak ada lagi bau kotoran seperti sekarang ini.
Keluhan senada dikatakan oleh, salah tokoh masyarakat RT 5 RW 16, yang meminta namanya tidak dikorankan itu. Menurutnya, keluhan sendiri telah disampaikan olehnya kepada anggota dewan, hanya saja hingga saat ini belum ada penanganan untuk limbah tersebut.
Diceritakan dia, laporan sendiri terjadi ketika IPAL limbah pabrik yang lokasi tepat di belakang SD Negeri Gelatik tersebut menghebohkan seluruh sekolah, karena baunya yang menyengat. Lantas, dari laporan itulah, para guru dan wali murid melaporkan hal itu kepada anggota dewan.
"Tapi karena tidak ada tanggapan, akhirnya warga dan beberapa wali murid berinisiatif mengecor pembuangan IPAL dari pabrik yang terhubung ke bak control milik warga diperumhan itu, sehingga membuat aliran limbah menjadi berubah dan mengalir ke saluran air yang ada ditengah pemukiman tanpa adanya filter," jelasnya.
Selain itu, dia pun mengeluhkan dengan perijinan lokasi pabrik tersebut. Hal ini dikarenakan semenjak dirinya menjadi warga setempat yang berdekatan dengan pabrik, pihak pabrik belum pernah mengajukan ijin RT/RW terhadap warga. "Makanya kami pertanyakan ijin pabrik itu," pungkasnya.
Bahkan seluruh warga yang ada di sekitar pabrik khususnya di RW/16 dan RW/17 selama ini tidak pernah memberikan persetujuan ijin lingkungan dan tetangga.”Kami sih meminta kepada dinas terkait untuk segera melakukan pengecekan karena bau itu sudah sangat mengganggu kenyamanan terlebih saat ini bulan puasa,”tandasnya. (CNC)
0 komentar:
Posting Komentar