Selasa, 15 Juli 2014

Petani Cirebon Keluhkan Turunnya Harga Gabah


CIREBON - Penurunan harga gabah di tingkat petani mewarnai awal musim panen raya di sejumlah wilayah Kabupaten Cirebon. Setelah sempat naik ke Rp 5.200 per kilogram, harga gabah hasil panen petani kali ini dihargai Rp 3.900-4.200 atau turun sekitar 15-19 persen.

Petani Desa Tuk, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Marsiah (45 tahun) mengatakan, hasil panennya kali ini terbilang cukup melimpah dibandingkan musim yang sama tahun sebelumnya. “Dulu sempat beberapa kali kekeringan, jadi hasil panen hanya 8 ton dari dua hektar lahan yang saya garap. Sekarang hasilnya mencapai 10 ton lebih,” ujarnya sambil tak berhenti mengemas gabah hasil panennya ke dalam karung, Selasa (15/7/2014).

Masriah menambahkan, hasil panen kali ini sedikit menurun dibandingkan musim tanam awal 2014. Soalnya, kelangkaan pupuk membuat tanaman padi miliknya tak mendapatkan pasokan unsur hara yang optimal. Sebelumnya, hasil panen Masriah mencapai 12 ton.

Meskipun demikian, Masriah tidak terlalu gusar dengan penurunan hasil tersebut. Yang membuatnya harus mengelus dada justru turunnya harga jual gabah di saat hasil panen cukup besar bagi petani penggarap seperti dirinya.
Masriah mengaku, sebelumnya ia bisa menjual gabah kering seharga Rp 5.200 per kilogram. Namun kini ia hanya bisa pasrah saat gabahnya hanya dihargai Rp 4.200 per kilogram. Padahal dengan hasil 10 ton saja, Masriah dipastikan kehilangan potensi pendapatan sampai Rp 10 juta. Di sisi lain, dengan hasil penjualan gabah sekitar Rp 42 juta, Masriah mengaku harus menyisihkan Rp 12 juta untuk membayar sewa lahan, Rp 10 juta untuk membayar utang pupuk.

“Sisanya dibagi empat dengan teman-teman yang bekerja bersama saya sejak pengolahan tanah sampai panen,” ucap Masriah.
Sementara itu, petani Desa Karangsari, Kecamatan Weru, Sumarto (59 tahun) mengaku gabah hasil panennya hanya dihargai Rp 3.900 per kilogram. Padahal sebelumnya ia bisa menjual sampai Rp 5.000 per kilogram. Dari hasil panen 3 ton di lahan seluas satu hektar miliknya, Sumarto kehilangan potensi pendapatan Rp 3,3 juta.

Begitu drastis
Sumarto tidak menampik jika penurunan harga gabah saat panen raya memang hal yang lumrah terjadi. Namun ia menyayangkan penurunan harga yang begitu drastis. Padahal menjelang lebaran, harga jual beras di pasaran cenderung stabil, bahkan tak jarang meningkat. Kini, Sumarto hanya bisa berharap pemerintah bisa turun tangan menstabilkan harga gabah agar petani tidak dirugikan. Soalnya, harga beli yang rendah dari petani, jelas menguntungkan para pengumpul dan tengkulak. “Mereka tetap saja menjual berasnya dengan harga tinggi, apalagi mau lebaran,” ucapnya,

Sebelumnya, Bupati Cirebon Sunjaya Purwadi dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Ali Effendi mengakui bahwa stabilitas harga gabah di tingkat petani memang masih menjadi salah satu masalah terbesar dalam sektor pertanian di wilayahnya. “Saat panen sedikit, harga beras naik tajam. Namun saat panen raya, harga gabah di tingkat petani merosot,” ujar Sunjaya.

Sebagai solusi, Sunjaya mewacanakan pengadaan tempat penyimpanan gabah yang memadai bagi petani. Dengan begitu, mereka bisa menyimpan kelebihan hasil saat panen raya dan harga turun. Sebaliknya, stok di penyimpanan tersebut bisa dikeluarkan dan dijual dengan harga normal saat hasil panen turun, untuk mencegah kenaikan harga beras di pasaran.(Kabar Cirebon)

0 komentar:

Posting Komentar

Breaking News
Loading...
Quick Message
Press Esc to close
Copyright © 2013 TRIO MACAN All Right Reserved