Petani Tmun Suri Gegesik Cirebon Merugi
CIREBON - Meski saat bulan Ramadan ini permintaan terhadap timun jenis timun suri dan timun sulawesi meningkat namun tak sedikit petani timun mengeluh harga merosot dan hasilnya juga turun karena di serang hama.
Seperti yang dialami oleh petani timun di Kecamtan Gegesik, tampak sejumlah petani mengeluh karena hasil timun yang ditanamnya terkena hama yang di alaminya saat ini, meskipun permintaan pasar timun pada bulan puasa ini naik 200 persenn dari hari biasanya sewaktu bukan bulan puasa.
“Meskipun saat ini bulan puasa permintaan bonteng atau timun di pasaran meningkat sampai dua kali lipat namun kami tetap merugi karena hasil timun yang kami tanam hasilnya tidak seperti biasanya karena saat ini banyak hama yang menyerang timun kami seperti tikus dan ulat sehingga hasilnya turun drastis padhal permintaanya banyak namun timun yang tidak ada,” ujar Nendra salah seorang petani timun Desa Gegesik kecamatan Gegesik kepada FC di saat panen di pekebunannya, Kamis (10/7).
Sehingga meskipun saat ini timun sangat laku di pasaran karena bulan puasa, namun tetap tidak sesuai dengan biaya oprasional ditambah lagi di kalangan petani saat ini timun hanya di hargai Rp 3000 per kilo sedangkan hasilnya dalam satu petak biasa dirinya mendapatkan 2 ton timun matang, namun saat ini hanya mendapatkan 1 ton saja karena rusak dan busuk terkena ulat dan rusak terkena tikus.
“Kami sebenarnya senang karena bulan puasa ini timun banyak di cari namun hasilnya tidak sesuai yang kami harapkan ditambah harga turun mencapai Rp 3000 biasanya Rp 4500 sehingga sampai saat ini belum bisa menutupi biaya oprasinal kami karena timun banyak yang busuk dan terbuang sehingga tidak bias di jual kadang yang di jual pun timun tidak bisa besar hanya ukuran kecil yang satu kilo bisa 4 timun biasanya yang bagus satu kilo berisi 2 timun,” ungkapnya.
Hal senada juga di sampaikan petani timun yang lain Miskem menurutnya meskipun saat ini timun permintaanya meningkat namun barangnya tidak ada karena saat ini petani timun di serang hama ulat dan tikus sehingga petani timun masih sangat merugi.
“Kalau harganya bisa naik sampai Rp 4500 di kalangan petani mungkin masih bias tertutupi, namu sampai saat ini di kalngan petani masih Rp 3000 sedangkan kalau kita biarkan timun itu lebih besar lagi akan habis terkena tikus sehingga kami tiap 10 hari sekali melakukan panen,” ungkapnya.
Menurutnya petani timun saat ini hanya pasrah padahal permintaan pasar cukup meningkat namun tak bias barbuat banyak, ia dan yang lainya hanya bias berharap ada tindak lanjut dari pemerintah daerah karena hama menyerang bukan pada petani timun saja tapi pada cabai dan singkong.(CNC)
0 komentar:
Posting Komentar