Gunung Ciremai rawan kebakaran di Musim Kemarau
MAJALENGKA – Berkurangnya curah hujan dan berganti dengan panas yang terjadi di sekitar Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), menyebabkan keringnya tumbuhan seperti alang-alang di wilayah gunung tersebut. Beberapa titik wilayah TNGC yang berbatasan langsung dengan daerah pemukiman penduduk, biasanya kondisi hutan ilalang yang kering menjadi rawan terjadinya kebakaran hutan akibat ulah kelalaian manusia.
Guna mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan di wilayah gunung tertinggi di Jawa Barat tersebut, pengelola TNGC mulai meningkatkan kewaspadaan di beberapa titik yang dinilai rawan terjadinya kebakaran. Salah satu kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya bencana yang dapat merusak ekosistem hutan tersebut diantaranya dengan mengaktifkan kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) yang telah dibentuk di setiap desa yang wilayahnya berbatasan langsung dengan TNGC.
Kepala Seksi Pengelola Taman Nasional (Kasi PTN) Gunung Ciremai wilayah II Majalengka Ady Sularso SH MP mengatakan, saat ini pengelola TNGC sudah mulai meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran hutan di beberapa titik yang dinilai rawan. Hal itu dilakukan mengingat saat ini semakin berkurangnya curah hujan yang diganti dengan teriknya panas matahari dan hal itu biasanya yang menyebabkan hutan alang-alang di wilayah hutan menjadi kering.
“Beberapa lokasi di wilayah hutan Gunung Ciremai yang masuk TNGC biasanya saat kemarau sangat rawan dan rentan terjadinya kebakaran akibat ulah manusia yang lalai. Bencana itu biasanya terjadi mengingat beberapa titik wilayah berbatasan langsung dengan desa dan pemukiman penduduk yang terkadang ada saja yang iseng membuang puntung rokok dan akibatnya bisa kebakaran,” jelas Ady Sularso, Senin (30/6).
Dikatakan Ady, hutan TNGC di wilayah Kabupaten Majalengka yang berbatasan langsung dengan desa pemukiman penduduk memanjang dari daerah Kecamatan Sindangwangi sampai Cikijing. Beberapa desa yang berbatasan langsung dengan hutan TNGC antara lain Desa Padaherang, Desa Bantaragung, Desa Payung, Desa Cikaracak, Desa Argamukti, Desa Argalingga dan Desa Bunut.
Lanjut Ady, di desa-desa yang berbatasan langsung dengan wilayah hutan TNGC tersebut pihaknya telah menjalin kerjasama dengan masyarakat yang tergabung dalam MPI dan komponen lainnya. Dalam satu desa minimalnya telah ada dan dibentuk satu kelompok MPI yang telah dilatih keterampilan cara mendeteksi sumber api dan bagaimana cara mengatasi atau memadamkannya saat terjadi kebakaran. “Terhadap para kelompok MPI yang ada di setiap desa perbatasan hutan TNGC, kami telah mengimbau untuk mulai meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran,” tandasnya. (Radar)
0 komentar:
Posting Komentar