Pengrajin Pupuk Cair di Cirebon Minta Perhatian Pemerintah
PEKALIPAN, (CNC).- Pengrajin industri kreatif Pupuk Cair Sari Buah (PCSB) mengeluhkan minimnya perhatian dari pemerintah. Pasalnya usaha tersebut belum diberikan ijin untuk memasarkan prodak pupuk buatannya kepada masyarakat luas.
Pengrajin PCSB, Riyanto (52) mengatakan, pupuk yang hasilkannya terbuat dari sisa buah-buahan yang di kumpulkan dari para penjual buah-buahan di sekitar Kota Cirebon. Setelah terkumpul, kata Riyanto, buah-buahan tersebut barulah di proses untuk di ubah menjadi pupuk cair.
“Proses pembuatanya dengan cara pembusukan terlebih dahulu di sebuah bak atau drum hingga keluar gas metannya, dan cairan yang tersisa baru dijadikan pupuk," ungkap Riyanto warga asal Pulobaru Selatan RT/03 RW/07 Kelurahan Pulasaren Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon,kemarin.
Dikatakannya, manfaat dari pupuk tersebut untuk tanaman salah satunya adalah sebagai penyubur tanaman, mempercepat timbulnya bunga dan buah, bunga tidak mudah rontok dan mempercepat pertumbuh dari tanaman itu sendiri.
Dia mengaku menggeluti pembuatan pupuk cair yang ramah lingkungan itu, sudah satu setengah tahun sekaligus melakukan observasi pupuk tersebut ke tanaman yang dimilikinya, hingga mengetahui hasilnya.
"Hasil observasi itu hasilnya cukup memuaskan, makanya saya berani bersaing dengan pupuk-pukuk cair yang telah lama beredar di pasaran," ujarnya.
Hanya saja, kata dia, pemerintah daerah belum ada diperhatian yang serius, padahal dia merupakan satu-satunya pengrajin pupuk yang ada di Kota Cirebon. "di wilayah kota Cirebon yang bisa manfaatkan limbah buah hanya satu dan itu cuma saya saja, tapi sampai sekarang, saya belum diperhatikan oleh pemerintah," katanya.
Dia menjelaskan, sisa-sisa buah yang di manfaatkan untuk pembuatan pupuk cair tersebut adalah seperti buah Nanas, alpukat, pepaya, mangga, melon. "Semua buah-buahan itu bisa dimanfaatkan menjadi pupuk yang penting kita mau melakukanya, sehingga masyarakat tidak tergantung kepada pupuk non organic yang selama ini banyak dipergunakaan masyarakat,” terangnya.
Perhatian itu,sambung dia, disebabkan belum mendapatkan ijin dari pemerintah untuk memasarkan pupuknya tersebut, dia menjualnya dengan cara door to door dari setiap rumah ke rumah, ke petani, atau ke penanam tanaman hias.
"Karena belum mendapat ijin dari pemerintah, selama ini saya pasarkan produk buatan saya dari rumah ke rumah, padahal dengan adanya ini, saya kan juga bantu pemerintah juga, tapi sampai sekarang belum ada perhatian dari pemerintah untuk pemberian ijin maupun pemasaran," cetusnya.
Dia menambahkan, dinas terkait yang membidangi pertamanan bias menggunkan pupuk yang di buatnya, sehingga usaha yang digelutinya bias berkembang dan menyerap tenaga kerja. (Enon/CNC)
0 komentar:
Posting Komentar