Penobatan Jaka Rara 2014 Kota Cirebon Disoal
KESAMBI, (CNC).- Penobatan Jaka Rara 2014, Iqbal Muhamad Firdaus dan Musriah Mozza menuai kritikan dari sejumlah peserta dan Paguyuban Jaka Rara. Ajang tahunan pemilihan duta wisata dan budaya Kota Cirebon itu dituding tak sesuai prosedur dan melanggar pakem yang sudah ditentukan.
Salah satu finalis Jaka-Rara, Fahmi menilai dinobatkannya Jaka Rara 2014 oleh Wakil Wali Kota Cirebon Nasrudin Azis di Keraton Kacirebonan beberapa waktu lalu, menyisakan banyak kejanggalan. Dia menjelaskan, terpilihnya Iqbal dan Mozza tidak memenuhi kriteria sebagai duta pariwisata dan budaya. “Terpilihnya Iqbal dan Mozza sangat aneh. Keduanya padahal tidak mengikuti karantina sejak awal,” ungkapnya di kampus IAIN Cirebon, Selasa (24/6).
Tahapan pelaksanan pemilihan Jaka Rara, menurutnya tidak sesuai dengan prosedur penyelenggaraan. Dia menambahkan, Iqbal dan Mozza tidak sepenuhnya mengikuti rangkaian acara yang ditetapkan panitia (EO) dari awal. Mozza, yang terpilih sebagai Rara Kota Cirebon, menurut Fahmi, hanya mengikuti karantina selama 3 hari. “Harusnya semua peserta mengikuti karantina dari awal, selama dua minggu. Namun, Iqbal dan Mozza tidak ikut rangkaian kegiatan dari awal,” paparnya.
Finalis lainnya, Ari Lukman Hakim menilai, penyelanggaraan Jaka Rara 2014 terkesan asal-asalan. Dia mengungkapkan, diunggulkannya Mozza sebagai Rara tersebut lantaran dia seorang model, namun secara intelektual tidak mumpuni, baik secara pengetahuan akademis maupun pengetahuan umum. “Mozza sebetulnya tidak paham soal pengetahuan kepariwisataan dan kebudayaan asli Cirebon, namun karena dia model dia terpilih menjadi Rara. Mozza ngga ikut rangkaian kegiatan dari awal, jadi saya ngga ngerti kenapa dia terpilih,” ungkap Ari.
Bella, satu di antara 10 finalis Rara lainnya pun menegungkapkan, banyak pihak yang merasa dikecewakan pihak panitia. Dia menjelaskan, pelaksanaan pemilihan Jaka Rara bukan dipegang sepenuhnya oleh Pemerintah Kota Cirebon melalui Disporbudpar. Namun penyelanggaraan tersebut, dikatakan Bella dipegang oleh pihak event organizer (EO) Creative Media dan dari pihak Paguyuban Jaka Rara tidak dilibatkan. “Jadi penyelenggaraannya pun tidak profesional. Para finalis diminta untuk mematuhi anjuran panitia namun, peserta yang tidak taat aturan kok masih bisa ikutan, menang pula,” ungkapnya.
Anggota Paguyuban Jaka Rara, Hafizhoh membenarkan jika penobatan pemenang Jaka Rara beberapa waktu lalu itu tidak sesuai dengan pakem yang ditentukan. Pihaknya pun kecewa dengan EO yang sama sekali tidak melibatkan paguyuban Jaka Rara pada pemilihan tahun ini. Harusnya Jaka Rara terpilih kemarin tidak sah, dia melihat, pemenang tidak mengikuti rangkaian dari awal kegiatan. “Iqbal dan Mozza tiba-tiba datang di pertengahan acara, lalu menang. Penilaian itu bukan ditentukan dari malam final, tapi harusnya dari keseluruhan proses yang diikuti sejak awal,” tutur Rara utama pada 2010 lalu.
Perempuan akrab disapa Fifi itu mengatakan, ada beberapa pakem sebagai penilaian wajib pada pemilihan Jaka Rara. Salah satunya, penilaian bahasa daerah atau basa Cerbon, dan juga skill bahasa asing. Bukan hanya itu, pengetahuan umum, etika dan kepribadian juga menjadi penilaian lomba. “Karena ajang ini tidak hanya menitik beratkan pada kecantikan atau bentuk fissik saja, namun keterampilan pengetahuan wawasan kebudayan dan pariwisata harus dimiliki finalis. Saya tidak sepakat dengan penilaian dari EO,” ungkapnya. (Iwe/CNC)
0 komentar:
Posting Komentar