Permintaan makin berkurang Nelayan Indramayu tetap tangkap Hiu
INDRAMAYU, (PRLM).-Adanya kampanye anti perdagangan ikan hiu cukup memberi dampak terhadap pola mencari ikan nelayan tradisional yang ada di Indramayu. Sikin (45), nelayan asal Desa Karangsong menuturkan, adanya kampanye tersebut membuat permintaan ikan hiu menurun.
Alhasil, menurutnya, banyak nelayan saat ini yang beralih mencari ikan tenggiri dan tongkol, karena dianggap permintaannya sedang meningkat.
Selain faktor permintaan, faktor perkembangan teknologi juga mempengaruhi orientasi pencarian ikan oleh nelayan. Menurutnya, saat nelayan masih menggunakan layar, jaring yang ditebar berukuran panjang hingga menyentuh perairan dalam. Hal tersebut memungkinkan untuk menangkap hiu, karena ikan tersebut merupakan jenis ikan yang hidup di perairan dalam.
Akan tetapi, nelayan saat ini sudah banyak yang menggunakan mesin. Jaring yang ditebarpun tidak terlalu dalam. Jaring yang ditebar lebih untuk mencari ikan di perairan tengah dan permukaan. Jaring jenis ini panjangnya lebih besar daripada sebelumnya.
"Kalau dulu, memang mencari ikan hiu dijadikan tujuan utama. Tetapi, sekarang dengan kondisi seperti demikian, tongkol dan tenggiri yang lebih banyak dicari. Kedua ikan itu juga hidupnya banyak di perairan tengah atau permukaan," ujarnya.
Juhaedi (42), seorang pengepul ikan di TPI Karangsong menuturkan, seringkali nelayan pulang melaut sambil membawa ikan hiu, karena ikan tersebut ikut terperangkap dalam jaring yang telah ditebar. Menurutnya, bagi nelayan hal itu bisa menjadi pendapatan ekstra.
"Kalau di Eropa, perdagangan hiu itu sudah ketat. Berbeda kalau pasar Asia, masih longgar. Pasar dalam negeri juga masih cukup banyak permintaannya. Biasanya dari Jakarta dan Surabaya. Paling banyak permintaannya itu Surabaya," kata dia.
Meskipun demikian, ikan hiu yang masuk ke TPI Karangsong tergolong sedikit saat ini. Menurutnya, ikan hiu yang masuk ke TPI Karangsong berada di kisaran 2 kuintal-1 ton pada saat ini.
Sementara ketika penangkapan ikan hiu masih marak, bisa sampai 3-5 ton. "Empat tahun lalu jumlah ikan hiu masih banyak di sini," ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Jawa Barat, Ono Surono mengatakan, sosialisasi mengenai perdagangan ikan hiu masih menjadi pekerjaan rumah Kementrian Kelautan dan Perikanan. Menurutnya, jangan sampai nelayan tradisional menjadi korban karena sosialisasi yang minim.
"Jenis ikan hiu yang dilindungi, misalnya, itu nelayan masih banyak yang belum tahu. Kemudian persoalan ketika ikan hiu tidak sengaja ikut terjaring. Apakah harus dibawa atau dibuang. Itu belum sampai sosialisasi ke sana," katanya.
Dia mengatakan, mayoritas nelayan saat ini lebih banyak memakai alat tangkap ikan statis. Dengan peralatan seperti itu, kejadian seperti ikut terbawanya ikan hiu ke dalam jaring sangat mungkin terjadi.
"Jaring yang ditebarkan itu kan didiamkan dulu di laut. Bisa sampai 8 jam. Otomatis ikan yang terjaring kan bisa mati bila terus-menerus selama 8 jam di sana. Itu seperti apa, masih minim sosialisasi ke arah sana," tuturnya.
0 komentar:
Posting Komentar