Terkait Kekerasan Terhadap Demonstran, Mahasiswa Unswagati Cirebon Lakukan Aksi Lanjutan
CIREBON - Puluhan mahasiswa Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon melakukan aksi lanjutan menyusul demonstrasi kemarin keinginan mereka untuk bertemu dan berdialog dengan rektor di luar ruangan tidak terkabul, Kamis (26/6). Mahasiswa juga menuntut agar rektorat bisa menekan pihak kepolisian untuk bertanggung jawab atas perbuatan yang dianggap mereka telah melakukan kekerasan pada massa aksi, semalam, Rabu (25/5) pukul 19.46 WIB.
Dalam selebaran yang diedarkan aksi mahasiwa tersebut disebutkan, pihak kepolisian menyeret mahasiswa ke dalam truk dan melakukan pengroyokan yang mengakibatkan 16 peserta aksi luka-luka dan dua orang pingsan. Koordinator lapangan, Kris Herwandi pun meminta agar rektorat bisa menjamin agar mereka bisa memperoleh keadilan atas peristiwa kekerasan tersebut.
“Kami minta jaminan dari rektor bahwa peristiwa kekerasan semalam bisa diusut,” katanya.
Selain itu, mahasiwa juga masih membawa tuntutan aksi kemarin agar rektorat menghapus beberapa pasal dalam tata tertib (tatib) universitas yang dinilai memasung kebebasan berfikir mahasiswa.
“Peraturan tanpa sosialisasi, tanpa dua arah, ini produk salah karena kami tidak pernah diajak bicara tentang peraturan ini,” tegasnya.
Rektor Unswagati, Rochanda Wiradinata, pun akhirnya bersedia menemui dan berdialog dengan mahasiswa di halaman Kampus I Unswagati. Rektor mengatakan, pihaknya memang sudah mengesahkan tatib tersebut dan berasumsi tidak akan ada penolakan sedemikian rupa dari mahasiswa, karena tatib tersebut menurutnya biasa saja.
“Tatib ini kan sebenarnya sudah ada dari dulu, hanya saja baru disahkan karena memang kita membutuhkan ini. Asumsi kami biasa saja, tidak akan ada reaksi berlebihan seperti ini. Tapi setelah kita tahu, kita siap untuk mengkajinya bersama,” katanya.
Rektor yang berdiri di tengah kerumunan mahasiswa pun berujar, dirinya akan bertanggung jawab terhadap semua luka fisik yang diderita oleh mahasiswa atas peristiwa kemarin. Adapun untuk menekan pihak kepolisian, dia mengatakan tidak bisa melakukan itu. Rektor hanya mengatakan siap untuk berkoordinasi dengan pihak kepolisian.
“Kami akan bertanggung jawab, mana saja mahasiswa yang kemarin luka, kami siap merawat,” katanya.
Menurut informasi yang dihimpun, sore harinya, pihak rektorat benar saja mendatangkan seorang dokter untuk memastikan mahasiswa dalam aksi tersebut tidak mendapatkan luka yangs serius. Kalaupun ada, menurutnya, rektorat siap untuk menanggung biaya pengobatannya.
“Semuanya sudah diperiksa, ada enam orang. Tapi yang mau diperiksa sama dokter hanya lima. Dari pemeriksaan tersebut semuanya baik-baik saja, tidak ada yang mengalami luka ataupun benjolan. Dokter pun tidak memberikan surat rujukan untuk pemeriksaan kesehatan lebih lanjut sebab katanya tidak apa-apa, hanya nanti dikasih obat saja,” jelas Kabiro Humas Unswagati, Ibu Maya.(cipost)
0 komentar:
Posting Komentar